Latest Games :
Home » » LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR (LAS ASITELIN)

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR (LAS ASITELIN)

Senin, 17 Juni 2013 | 0 komentar


 







                                                                     Disusun oleh:

                                                                      AZHARUL

                                                            Nim    :   1104106010044
                                                      Jurusan    :   Teknik Industri





                                          LABORATORIUM DASAR PROSES PRODUKSI
                                        FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
                                                       DARUSSALAM – BANDA ACEH
                                                                         TAHUN 2013
                



                                                                              BAB I
                                                                     PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang Masalah
     Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan persiapan sebelum pelaksanaan pengelasaan.
Salah satu pengelasan yang paling banyak digunakan adalah jenis pengelasan yang disebut OAW atau Oxy Acetylene Welding, atau yang umumnya disebut las karbit. Pengelasan jenis ini dilakukan dengan menggabungkan logam dengan pemanasan pada logam dengan campuran gas asitelin dan oksigen yang dinyalakan dengan api. Las karbit memiliki beberapa keuntungan seperti mudah dalam pengaturan panas, mudah pada pengelasan plat tipis dan memiliki sarana yang praktis.

1.2    Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum ini adapun untuk memahami proses pengelasan las dengan menggunakan asitelin (las karbit), dengan harapan para Praktikan dapat memahami prinsip kerja dari las asitelin tersebut seperti, pengaturan kadar asitelin dan oksigen  untuk penyalaan api las dalam pengelasan yang bergantung pada ketebalan plat, dan juga dapat memiliki keahlian dalam pengelasan yang menggunakan asitelin dengan atau tanpa menggunakan kawat.



                                                                               BAB II
                                                                  TINJAUAN PUSTAKA


2.1    Teori Dasar
    Pengelasan (las karbit) lazimnya disebut OAW (Oxy Acetilene Welding) jika menggunakan asiteline dan sering disebut OFW (Oxy Fuel Welding) jika menggunakan propan. Pengelasan jenis OAW (Oxy Acetylene welding) prosesnya dilakukan dengan cara memanaskan logam yang akan dilas hingga bagian logam mencair. Las menggunakan nyala api dari campuran dari gas asitelin (C2H2) sebagai bahan bakar dan gas oksigen (O2). Pengelasan juga bisa dilakukan dengan logam pengisi (kawat las). Pembakaran campurann gas-gas ini akan menghasilkan panas yang dapat diatur tinggi rendahnya dengan mengatur proposisi campuran-campuran gas tersebut
    Optimalnya perbandingan gas yang akan dibakar sangat diperlukan untuk menghasilkan pembakaran yang baik pada suatu pengelasan asitelin. Gas asitelin dapat menghasilkan temperatur pembakaran yang sangat tinggi. Gas asitelin memiliki jenis antara lain :
1.    Asitelin (C2H2)
Suatu hidrokarbon alkuna sederhana yang hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180°.
2.    Propan (C3H8)
Salah satu gas minyak bumi cair (LP-gas atau LPG) yang ditemukan bercampur di gas alam dan minyak bumi. Propana dipisahkan dari gas alam di pusat pengolahan gas alam.




2.2    Prinsip kerja alat
Pada saat pengelasan panas yang dihasilkan dapat mencapai dan bahkan jauh melebihi titik lebur logam baja, yaitu 2680 – 10.000 derajat fahrenheit yang membuat baja mencair dengan sangat mudah, oleh karena itu pada prisipnya nyala api pada pengelasan harus diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan pembakaran yang optimal. Pembakaran campuran gas terjadi pada ujung suatu pencampur gas yang umumnya disebut brander. Di dalam brander ini gas pembakar dan asam disalurkan melalui saluran yang sebelumnya terpisah dan dilengkapi dengan katup-katup pembuka penutup yang dapat diatur pembukaannya sehingga jumlah gas yang melaluinya juga dapat diatur. Ada tiga macam pengaturan nyala api pengelasan asitelin, yaitu;
1.    Nyala Netral
Nyala api memiliki perbandingan yang sama antara gas asitelin dan gas oksigen yang menhasilkan api berwarna biru ke jingga pada kerucut luar dan warna putih kemilau agak kehijauan pada inti.

2.    Nyala Oksidasi
Nyala api memiliki perbandingan gas oksigen lebih dominan dari pada gas asitelin sehingga menghasilkan api berwarna jingga keunguan pada kerucut luar dan warna putih keunguan pada inti.

3.    Nyala Karburasi
Nyala api memiliki perbandingan gas asitelin lebih dominan dari pada gas oksigen sehingga menghasilkan api berwarna biru pada bagian luar dan putih pada bagian inti.
 




                                                                         BAB III
                                                           METODE PRAKTIKUM

3.1    Instalasi Pengujian
1.    Menyiapkan segala peralatan, bahan/material dan tempat pengelasan.
2.    Memasang semua peralatan seperti regulator pada tabung, selang hijau pada tabung oksigen dan selang merah pada tabung asitelin.
3.    Mengencangkan semua penghubung yang pada selang dengan tabung..
4.    Katup penutup pada tabung oksigen dibuka hingga menunjukkan angka 3 pada regulator.
5.    Katup penutup pada tabung asitelin dibuka hingga menunjukkan angka 6 pada regulator.
6.    Periksa ujung brander, jika kotor dibersihkan dengan sikat baja.
7.    Pengelasan siap dilakukan

3.2    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Alat :

a.    Peralatan yang digunakan untuk pengelasan ada dua yaitu peralatan las asitelin dan peralatan bantu mengelas.
Peralatan las asitelin terdiri dari:
-    Selang
-    Brander
-    Regulator
-    tabung las


Peralatan bantu mengelas :
-    Penggaris besi
-    Palu
-    Sikat baja
-    Korek api
-    Kaca mata las
-    Tang
-    Kikir
-    Sarung tangan
-    Penggores
-    Apron
-    Alat pemotong


Bahan :
-    Plat ukuran 130 x 70 mm
-    Kawat las

3.3    Teknik pengelasan
1.    Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawahtangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar(brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengansudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudutsambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan.Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dangerakannya adalah lurus.


2.    Posisi pengelasan datar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan denganarah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk ituayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap bendakerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkankawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.


3.    Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.

4.    Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisilainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garisvertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.

5.    Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiridengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkansudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yangsulit saat mengelas.

6.    Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.

7.    Operasi Branzing ( Flame Brazing )
Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpamencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnyasaja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las darikuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan (sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebihmudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
8.    Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )
Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan menggunting(shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapimemerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pela ttebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas inidengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikansuplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur padatorch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

9.    Operasi Perluasan ( Flame Gauging )
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponenlogam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelumditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alurhasil pencungkilan tadi diisi kembali denganlogam las.


10.    Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )
Operasi pelurusan dilaksanakan denganmemberikan panas pada komponendengan bentuk pola pemanasan tertentu.Ilustrasi dibawah ini menunjukkanprinsip dasar pemuaian dan pengkerutanpada suatu logam batang.Batang lurus dipanaskan dengan polapemanasan segitiga. Logam cenderungmemuai pada saat dipanaskan. Daerahpemanasan tersebut menghasilkanpemuaian yang besar. Logam mengkerutpasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.

3.4    Langkah Pengerjaan
Berikut langkah kerja dalam prose las asitelin:
1.    Menyiapkan semua peralatan, bahan dan tempat yang akan digunakan.
2.    Menggunakan peralatan pengaman (Safety).
3.    Pemotongan plat berukuran 130 x 70 mm.
4.    Membuat dua garis penanda alur las pada plat, yaitu alur las yang tidak menggunakan kawat dan yang menggunakan kawat.
5.    Letakkan plat yang sudah di beri garis pada tempat pengelasan.
6.    Selang regulator las dipasang pada tabung yang telah disiapkan.
7.    Memakai kaca mata las agar cahaya las tidak merusak mata dan menggunakan apron untuk melindungi tubuh dari percikan api las.
8.    Penyalaan api pada las asitelin dengan cara memutarkan katup pembuka gas asitelin dan menhidupkan api dengan korek api.
9.    Pengaturan nyala api dengan memutar katup gas asitelin dan gas oksigen hingga nyala api yang optimal didapatkan.
10.    Jika semua persiapan sudah lengkap, dekatkan las dengan benda kerja (plat) untuk melakukan proses pengelasan.
11.    Pengelasan plat dengan menggunakan teknik maju dan dengan alur bulat pada alur. Pengelasan dilakukan pada alur yang tanpa menggunakan kawat terlebih dahulu.
12.     Pengelasan plat pada garis alur pengelasan kedua dengan alur bulat dan  menggunakan kawat las.
13.    Jika proses pengelasan sudah selesai, alat las dimatikan dengan cara mengecilkan gas asitelin dan gas oksigen sampai habis.
14.    Sikat ujung penyemprot las dengan menggunakan sikat baja untuk mencegah penyumbatan katup.
15.    Pemberian identitas pada benda kerja yang sudah siap.




                                                                                BAB IV
                                                            ANALISIS PERMASALAHAN


Pada proses pengelasan yang bagus sangat diperlukan keterampilan dari si pengelas dan persiapan pengelasan yang cukup, karena pada proses pengelasan memerlukan tingkat ketelitian dan konsenterasi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produk optimal. Permasalahan yang sering terjadi pada proses pengelasan asitelin dapat kita lakukan dengan cara mengamati hasil dari pengelasan pada plat. Permaslahan yang sering terjadi adalah terjadinya kecacatan pada hasil las pada plat seperti:
-    Terbentuknya Lubang pada plat.
Disebabkan karena terlalu lama terjadi pengapian pada bagian plat yang dilas.
-    Kekeliruan pada alur pengelasan.
Disebabkan karena keterampilan pengelas yang belum menguasai teknik pengelasan secara sempurna.




                                                                                BAB V
                                                                            PENUTUP


5.1    Kesimpulan
        Proses pengelasan merupakan proses penyambungan antara dua logam atau lebih. Pada proses pengelasan memerlukan banyak latihan dan uji coba las, dikarenakan proses pengelasan memerlukan keterampilan, tingkat ketelitian dan konsenterasi yang tinggi untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal.

        Menguasai prinsip dari pengelasan asitelin sangat dibutuhkan seperti cara pengaturan nyala api yang diperlukan, karena biasanya las asitelin digunakan pada plat yang tipis sehingga memerlukan pengaturan nyala api yang sesuai.

5.2  Saran   
Dalam setiap proses pengelasan yang dilakukan selalu utamakanlah keselamatan (safety first), dengan menggunakan pengaman mata, tangan dan tubuh. dan juga menjaga dan merawat semua peralatan las yang digunakan agar tidak rusak dan tahan lama (awet). ;Hanya Di Sini™









Share this article :

Tidak ada komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Hanya Di Sini™ - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger